GIFTED’S LEARNING DISABILITY
ANALISA FENOMENA ANAK BERBAKAT YANG MENGALAMI KESULITAN BELAJAR
by: Musdalifah Dachrud
Abstract
Many people have difficulty comprehending that a child can be gifted and olso have learning disabilities. As a result, children with special needs that result from both their high abilities and their learning problems are rarely identified and are often poorly served. This article explores the current policies and practices with regard to defining, identifying, and educating this population. Recommendations are included that would help ensure that students who are gifted and heve learning disabilities receive the intervention needed to help them achieve their full potential.
Pendahuluan
Dalam dunia pendidikan, proses belajar mengajar adalah salah satu gerbang ilmu pengetahuan dimana informasi diberikan oleh pendidik dan murid menerimanya. Dalam penerimaan informasi, tidak semua siswa dapat menerima secara utuh, ada yang menerima dengan mudah, disisi lain ada yang mengalami kesulitan baik menerima maupun memahami materi yang disajikan. Kondisi ini adalah gambaran dinamika proses belajar-mengajar yang lazim terjadi.
Kadang-kadang pihak pendidik memberikan label bahwa anak yang daya serapnya baik, mudah memahami dan mengerti bila materi pelajaran dijelaskan sebagai siswa yang cerdas. Sedangkan siswa yang lamban, sulit dalam belajar dan susah dalam memahami pelajaran, dikategorikan bodoh, ber-IQ rendah dan sebutan lainnya.
Persepsi terhadap label di atas, patut dicermati secara mendalam, sebab kesulitan belajar pada anak adalah salah-satu aspek yang tampak, dan memungkinkan potensi yang dimiliki tidak berkembang secara optimal dan sinergi. Banyak kasus dimana anak yang memiliki kesulitan belajar justru mereka amat unggul dalam bidang tertentu melebihi yang lainnya. Kelebihan dan bakat inilah yang harus menjadi pertimbangan mendasar dalam dunia pendidikan.
Gifted adalah sebutan bagi anak yang memiliki bakat, memiliki kemampuan yang luar biasa pada hampir semua bidang maupun bidang-bidang tertentu, kreativitas tinggi dan bertanggungjawab pada tugas. Memiliki anak gifted merupakan anugerah yang besar. Namun yang menjadi kendala bila mereka mengalami learning disability atau mengalami kesulitan dalam belajar.
Menjadi persoalan adalah mungkinkah anak yang mengalami kesulitan belajar adalah anak yang memiliki kemampuan atau berbakat? Atau sebaliknya, bagaimana mungkin anak yang berbakat mengalami kesulitan belajar? Bagaimana cara mengembangkan potensi dan mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki anak gifted?
Tulisan ini akan membicarakan kondisi anak-anak yang menghadapi kesenjangan perbedaan antara potensi dan prestasi, kemampuan dan kesulitan belajar, kinerja di rumah dan di sekolah, berbagai kontradiksi lainnya yang terkait dengan kemampuan anak, dan kemungkinan anak gifted memiliki persepsi terhadap guru dan lingkungan belajarnya serta mengarahkan potensi yang dimiliki sesuai dengan bakat dan kemampuannya.
Idealnya seorang anak adalah yang memiliki kemampuan dan tidak mengalami kesulitan dalam belajar serta potensi yang dimiliki berkembang sejalan dengan kemampuannya.
Siapakah Anak Gifted dengan Kesulitan Belajar Itu?
Anak gifted selalu berhubungan dengan masalah kesulitan belajar, karena mengalami kesulitan belajar tentu saja prestasi studinya menjadi rendah. Rendahnya prestasi bukan karena ketidakmampuannya, bahkan IQ-nya tergolong tinggi. Disinilah kesulitan guru dan pengelola pendidikan untuk mengenali dan mengidentifikasi. Yang umum dilakukan adalah menggeneralisasikan pada semua anak, menggolongkan anak pintar bila mendapat prestasi baik dan memandang anak bodoh bila prestasi belajarnya jelek.
Menurut ahli[1] ada tiga kelompok anak gifted dengan cirri-ciri sebagai berikut:
1. Anak berbakat tetapi menampakkan kesulitan belajar di sekolah, rendahnya prestasi belajar, konsep diri yang lemah, tidak adanya motivasi, dan cenderung malas (Silverman, 1989; Rosenblum, 1987; Whitmore, 1980)
2. Anak yang mengalami kesulitan belajar kadang-kadang perbuatannya menjengkelkan, terutama bagi yang belum mengenalnya. Biasanya kemampuan yang dimilikinya di atas kemampuan rata-rata anak lain, diidentifikasi 33 % mengalami kesulitan belajar, tetapi mengalami kemampuan intelektual superior (Baum, 1994 : 8 ). Adanya penilaian yang tidak menyeluruh pada anak gifted, mengakibatkan potensi IQ dan kemampuan intelegensia tidak mendapatkan perhatian dari guru dan pengelola pendidikan. Untuk itu butuh keahlian khusus untuk mengakomodasi perbedaan-perbedaan dengan siswa lain, sehingga potensi-potensinya benar-benar dapat dikenali.
3. Anak gifted memiliki sosial dan emosional yang relatif konsekuen untuk diperhatikan. Ia tergolong exceptional student[2] dalam kesulitan belajarnya, dapat menyerap materi dengan baik tetapi kadang-kadang sangat sukar daya serapnya, ini ditunjukkan dengan hasil diagnosa dan tidak pernah berlangsung satu program yang sesuai sampai dewasanya (Baum dkk, 1991; Brody dkk 1993). Namun ketika anak gifted dengan kesulitan belajarnya, ditangani secara serius akan menghasilkan potensi intelektual yang tinggi (Siegel, 1989 : 470).
Berdasarkan literatur dan referensi yang ada, menyebutkan bahwa setiap individu yang memiliki bakat dan kemampuan yang tinggi dimana individu tersebut mengalami kesulitan belajar yang spesifik disebut dengan gifted with learning disability.
Swanson’s (dalam Millis 1997:11) mereview beberapa konsep operasional dari hasil perdebatan dan beberapa issu dari para ahli, bahwa learning disability itu terutama menyangkut; concepts of specifity dimana terdapat ketegasan konsep bahwa anak gifted mengalami rendahnya kemampuan akademis dan lemahnya teoritis, discrepancy (pertentangan); bahwa prestasi anak tidak sesuai dengan potensi yang dimiliki, exclution (pengeluaran); dengan kesulitan belajar yang dihadapi dapat dibedakan beberapa kondisi yang menghalanginya.
Gifted disebut juga dengan talent adalah gambaran untuk menyebutkan tingkat kecerdasan atau tingkat inteligensia yang dimiliki oleh anak yang pada umumnya tinggi. Memiliki kemampuan spesifik pada bidang akademis tertentu yang tidak dimiliki oleh anak lain, memiliki kemamampuan interaksi yang tinggi, komitmen pada tugas dan kreativitas, kemampuan intelegensinya terus berkembang dan pendekatan pengolahan informasi yang ditawarkan berlawanan dengan sudut pandang dari kebanyakan orang.[3]
Menurut Marland (dalam Mills:1997), definisi keberbakatan yang bersifat multidimensional yang diadopsi oleh U.S. Office of Education, merumuskan bahwa gifted atau talented menggambarkan prestasi yang tinggi dengan enam potensi yang dimiliki; kemampuan intelektual umum, kemampuan akademis khusus, berfikir kreatif produktif, kemampuan kepemimpinan, seni, dan kemampuan psikomotorik (kemudian dihapus oleh undang-undang berikutnya). Selanjutnya disempurnakan dengan menambahkan: anak gifted bisa ada dalam semua lapisan budaya dan semua lapisan masyarakat (U.S. Departement of Education:1994).
Identifikasi
Perlu adanya program khusus untuk mengidentifikasi anak-anak yang gifted dan harus ada program pendidikan yang khusus untuk menangani anak-
anak yang mengalami kesulitan belajar. Terlalu rumit untuk mengidentifikasi bahwa anak yang mengalami learning disability adalah anak yang gifted atau sebaliknya. Riset membuktikan bahwa guru lebih mungkin menunjukkan bahwa anak nondisability lebih sesuai ditempatkan sebagai gifted (Minner, 1990:38). Untuk mengidentifikasi anak gifted biasanya dapat dilihat dari ciri khasnya dengan bukti underachievement[4] atau dengan memperlihatkan permasalahan dengan tingkah lakunya (Senf, 1983:40).
Untuk meneliti anak gifted yang mengalami kesulitan belajar digunakan skala Wechsler Intelligence Scala for Children-Revised (WISCR) dengan pola skor teladan (Baum dkk:1991; Kaufman:1979). Dapat juga dilakukan Standarlized Intelligence Test (I.Q) untuk mengukur kemampuan inteligensi (Ramos Ford & Gardener, 1991:57), tetapi tes ini tidak tepat untuk mengukur kemampuan matematika anak gifted (Stanley, 1979:177).
Menutut Fox dan Brody (1983:102) bentuk tes yang dapat digunakan adalah Intellegence Test, Aptitude and Achievement Test, Teacher Nominations and Creativity Test untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan kesulitan belajar pada anak gifted. Untuk mengukur kreativitas anak gifted sebaiknya dengan cara Torrance Test of Creativity to Identivy Gifted Student (dalam Millis: 1997:18). Observasi perilaku dan wawancara juga dapat memberi petunjuk untuk mengidentifikasi anak gifted dengan kesulitan belajar (Baum dkk 1991:10).
Silvermen memberikan pedoman identifikasi untuk anak gifted yang mengalami kesulitan belajar (Tjahyono, 2002:287), sebagai berikut :
1. Menggunakan daftar isian tentang karakteristik anak berbakat dengan kesulitan belajar untuk orang tua dan guru.
2. Sebagai bagian dari evaluasi diagnostik, semua anak yang ditengarai mengalami masalah emosiaonal ataupun mengalami kesulitan belajar perlu dicari tanda-tanda adanya kemampuan khusus, terutama adanya talenta verbal ataupun spasial.
3. Perlu dilakukan wawancara terhadap orang tua tentang talenta, minat, kecepatan perkembangan, dan riwayat kesehatan anak.
4. Menggunakan baterai tes (serangkaian tes, seperti tes prestasi, tes kemampuan khusus, dan tes kepribadian), termasuk di dalamnya tes inteligensi individual.
5. Memperhatikan kesenjangan dalam performance (misalmya antar-skor tes yang berbeda; antar-skor pada sub tes yang berbeda atau antar-butir dalam tes; antara perilaku di rumah dan di sekolah). Apakah anak gagal pada tugas yang lebih mudah dan berhasil pada tugas-tugas yang sulit.
6. Keharusan untuk yakin bahwa skor yang lebih tinggi mencerminkan kemampuan anak dan perlu dilakukan pengujian lebih lanjut untuk menentukan apakah skor yang lebih rendah merupakan indikasi dari ketidakmampuan belajar.
7. Perlu dilakukan pemeriksaan pemahaman materi yang disampaikan secara lisan dan bandingkan dengan yang menggunakan mekanisme membaca. Periksa juga kemampuan analisis matematika dan bandingkan dengan keterampilan berhitung. Periksa kemampuan mengulang urutan angka-angka yang ditampilkan secara visual dan auditori. Perhatikan bagaimana kinerja anak pada kondisi yang dibatasi waktu dan yang tidak.
8. Mengamati aktivitas anak selama mengisi waktu luangnya. Persiapkan observasi terstruktur untuk memeriksa kelebihan-kelebihan khusus dan kesulitan yang dihadapi. Amati bagaimana anak berespon terhadap berbagai perubahan situasi, presentasi visual, strategi induktif, materi yang bermakna, aktivitas yang diminati, komputer dan kurikulum yang lebih menantang.
Program Pembinaan Bagi Anak Gifted
Program pembinaan yang dilakukan sangat beragam dan silih berganti. Ada yang dilakukan dengan cara membedakan kelas mulai dari yang umum sampai small-group, independent instruction, self-contained; Menyatukan kelas dimana siswanya terdiri dari yang memiliki kemampuan tinggi dengan kelompok lain untuk belajar bersama dan part-time pullout program. Perioritas materi untuk siswa yang lebih tua satu atau lebih dari pokok materi yang disajikan. Durasi pemberian materi kadang lebih cepat atau lebih ditingkatkan. Mengabaikan jenis program dengan tujuan studi dibedakan untuk anak gifted disediakan pokok materi yang lebih menantang sedang anak normal berdasarkan kurikulum regular. Adakalanya anak-anak gifted dikelompokkan dengan kelompok anak gifted yang lainnya agar terjadi interaksi yang membantu dalam proses belajar mereka (Maryland Task Force of Gifted and Talented Education, 1994; U.S. Departement of Education, 1993).
Selain hal di atas, pengayaan dan akselerasi adalah dua pendekatan yang dapat digunakan untuk memenuhi dan menyalurkan kemampuan atau kebutuhan anak gifted (Southern & Jones, 1991). Sebagai contoh anak yang memiliki kemampuan matematika tinggi melebihi ukuran sekelasnya dapat dipindahkan ke kelas yang lebih tinggi agar kemampuan matematikanya terus berkembang. Sedangkan dalam program pengayaan, dalam menyediakan fasilitas pendidikan bagi anak gifted dapat dilakukan dengan memvariasikan pengalaman pendidikan dan dapat pula memodifikasi kurikulum dengan cara meluaskan atau memperdalam materi yang ada, ini yang disebut dengan The Schoolwide Enrichment Model (Renzulli & Reis, 1985).
Program Pengembangan Bagi Anak Gifted pada Kesulitan Belajar
Menangani siswa yang mengalami kesulitan belajar membutuhkan pembinaan yang khusus. Dengan adanya pelatihan khusus bagi guru, guru dapat berperan dan memiliki sejumlah kemampuan termasuk diantaranya strategi remedial sebagai pengembangan pendidikan yang khusus sehingga menjadikan guru lebih bertanggung jawab dalam menangani kasus anak berbakat yang mengalami kesulitan belajar (Baum, Emerick, Herman & Dixon, 1989:49).
Strategi pengajaran dan teknik adaptasi adalah dua hal mutlak difahami oleh guru sehingga mampu memodivikasi kurikulum, pengaturan dalam pengajaran, membaca situasi, memanfaatkan berbagai media dan sebagainya. Hal ini dilakukan untuk membantu mereka agar berhasil dalam studinya. Membagi tugas-tugas besar kedalam unit-unit kecil, aktivitas kebersamaan adalah juga bagian yang turut membantu mengantarkan kepada sukses. Peran model orang dewasa gifted yang sukses juga penting karena dapat membantu kearah meningkatkan rasa harga diri dan membangun cita-cita bagi anak gifted yang mengalami kesulitan belajar (Silverman, 1989 & Baum dkk, 1991).
Akomodasi dan media teknologi dalam belajar juga dapat membantu secara akademis berkembangnya kemampuan anak gifted. Misalnya anak yang memiliki kesulitan berhitung dalam matematika dapat menggunakan kalkulator, anak yang kesulitan mencatat di dalam kelas dapat menggunakan tape record dan sebagainya. Membangkitkan gairah belajar, mengekspos atau mempublikasikan hasil studi atau karyanya, memberi gambaran bagaimana memberi penilaian pada diri sendiri, membantu mengkoordinasi dan mengolah informasi, mengarahkan pada pendalaman materi dan menumbuhkan minat baru.
Dapat juga dilakukan dengan memberikan konseling dan pengarahan, sebab pada umumnya anak gifted mengalami konflik psikologis. Pada dasarnya anak-anak gifted juga mempunyai keinginan agar bebas dari rasa cemas pada kesulitan belajar. Self-concept pada anak gifted cenderung rendah, tidak dapat mengatasi pertentangan antara kemampuan dan prestasinya di sekolah, frustrasi, sehingga kemarahannya dapat mempengaruhi hubungan dengan keluarganya. Umumnya orang-tua dari anak gifted menekankan pada hubungan sosial dan perkembangan emosi anak ( Hishinuma, 1993:30).
Analisa Anak Berbakat dengan Kesulitan Belajar
Pertanyaan yang menggelitik seringkali muncul saat menghadapi anak-anak yang mengalami kesulitan belajar di sekolah padahal mereka anak yang berbakat. Benarkah demikian? Bagaimana mungkin anak yang berbakat mengalami kesulitan belajar? Bukankah mereka adalah anak yang memiliki kemampuan yang luar biasa? Pertanyaan-pertanyaan ini muncul terutama ketika menghadapi anak-anak yang mengalami perbedaan atau kesenjangan antara potensi dan prestasinya, antara kinerja dirumah dan di sekolah, dan berbagai kontradiksi lainnya terkait dengan kemampuan anak.
Kontradiksi dan kesenjangan tersebut seringkali terlihat dalam berbagai bentuk. Suatu saat anak menunjukkan kemampuannya yang luar biasa, misalnya, dalam sebuah diskusi pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan menunjukkan cara berfikir yang sangat matang, bahkan seperti orang dewasa, tetapi ia bahkan tidak mampu membaca dengan baik dan menulis dengan tepat. Dapat juga terjadi, anak-anak tersebut mampu menyelesaikan tugas-tugas yang rumit dan sulit, tetapi justru tidak mampu menghadapi tugas-tugas hafalan sederhana atau soal hitungan sederhana (Tjahjono, 2002 :286).
Keberbakatan dan kesulitan belajar seringkali dipandang sebagai dua hal yang tidak saling terkait. Hal ini muncul karena adanya pandangan yang menyamakan keberbakatan dengan prestasi yang tinggi pada semua area akademis. Guru seringkali sulit memahami adanya anak yang mengalami kesulitan membaca atau menulis namun juga termasuk sebagai anak berbakat (Silverman, 1996:194). Pada kenyataannya, keberbakatan dapat terjadi bersamaan dengan kesulitan belajar. Semakin disadari adanya kondisi ini akan semakin sering pula didapati adanya keistimewaan ganda, yakni berbakat sekaligus mengalami kesulitan belajar atau sebaliknya.
Gifted adalah bakat; orang yang memiliki bakat khusus; individu yang memiliki IQ 130 ke atas (Kartono, 2000 :191). Gagne (1993 :70) memandang gifted sebagai kompetensi diatas rata-rata dalam satu atau lebih domain kemampuan manusia. Pada model Gagne anak berbakat dengan kesulitan belajar mungkin menunjukkan potensi dalam area keberbakatannya, namun karena adanya kesulitan belajar yang spesifik ia mengalami kesulitan mencapai prestasi yang optimal sehingga keberbakatannya tidak berkembang menjadi talenta (Tjahjono, 2002 :286).
Keberbakatan mensyaratkan tiga kriteria yang meliputi kemampuan di atas rata-rata (baik kemampuan umum maupun kemampuan khusus), kreativitas yang tinggi dan pengikatan diri terhadap tugas yang tinggi pula. Keberbakatan bersifat kreatif-produktif ada pada individu tertentu dalam kondisi tertentu pada bidang yang khusus baik dalam situasi positif maupun negatif. Pengikatan diri terhadap tugas tidak sama dengan konsentrasi, prestasi berbagai bidang akademis, dan mengerjakan tugas-tugas sekolah dengan baik, melainkan lebih terkait pada minat dan motivasi untuk terlibat dalam menyelesaikan masalah (Renzulli & Reis, 1985).
Menurut Marland (1972), keberbakatan mempunyai definisi yang bersifat multidimensional, yang diadopsi dari U. S. Office of Education (1972). Digambarkan bahwa anak berbakat sebagai anak yang menunjukkan prestasi yang tinggi atau potensi dalam salah satu dari enam area: kemampuan intelektual umum, kemampuan akademis khusus, berfikir kreatif-produktif, kemampuan kepemimpinan, seni dan kemampuan psikomotor. Implikasi pandangan ini dalam dunia pendidikan adalah: keberbakatan dapat berupa potensi maupun sudah terwujud dalam prestasi atau kinerja serta anak berbakat tidak mesti harus luar biasa kemampuannya dalam segala hal (Tjahyono, 2002 :287).
Berdasarkan konsep di atas, hampir semua ahli sepakat bahwa yang menjadi syarat anak itu digolongkan sebagai anak gifted harus memiliki kriteria, seperti yang telah ditegaskan oleh Renzulli (1981). Tiga ciri pokok tersebut adalah: kemampuan umum diatas rata-rata, kreativitas di atas rata-rata dan komitmen terhadap tugas yang cukup tinggi.
Anak berbakat adalah mereka yang oleh orang-orang profesional diidentifikasi sebagai anak yang mampu mencapai prestasi yang tinggi karena mempunyai kemampuan yang unggul. Anak-anak tersebut memerlukan program pendidikan yang berdeferensiasi atau pelayanan diluar jangkauan program sekolah biasa dengan tujuan dapat merealisasikan sumbangan mereka terhadap masyarakat maupun untuk pengembangan diri mereka sendiri[5] (Utami, 1982 :)
Implikasi dari definisi di atas dalam pengidentifikasian dan pengembangan anak berbakat dengan kesulitan belajar yang sulit dikenali (Baum, 1994 :7 ; Baum et al., 1991 : 49; Fox, Brody & Tobin, 1983 : 185) adalah :
1. Siswa berbakat yang telah teridentifikasi yang memiliki kesulitan belajar yang tersamar. Kelompok ini meliputi para siswa yang tergolong sebagai anak berbakat tetapi mengalami kesulitan belajar di sekolah. Mereka digolongkan siswa yang memiliki prestasi di bawah kemampuannya (underachiever).
2. Siswa yang tidak teridentifikasi sebagai siswa yang berbakat maupun sebagai siswa dengan kesulitan belajar. Kelompok ini meliputi para siswa yang kesulitan belajarnya tertutupi kemampuan intelektual yang tinggi yang memungkinkan untuk melakukan kompensasi atas kelemahannya sehingga tidak terlalu tampak bermasalah dalam belajar. Sebaliknya, keunggulannya tertutupi oleh kelemahan-kelemahannya.
3. Siswa yang teridentifikasi sebagai anak dengan kesulitan belajar yang juga merupakan anak berbakat. Kelompok ini meliputi para siswa yang kesulitan belajarnya cukup berat dan sudah teridentifikasi tetapi keberbakatannya belum terdeteksi. Mereka lebih dikenali karena hal yang tidak mampu mereka lakukan, bukan karena keunggulannya. Kelompok ini paling beresiko karena adanya pesan terselubung yang menyertai label kesulitan belajarnya, yaitu “kamu telah gagal”.
Studi tentang fenomena anak gifted with learning disabilities ini dapat dijelaskan sebagaimana yang digambarkan oleh Howard Gardner ( dalam Tjahjono, 2002:288). Menurut Gardner, untuk menjelaskan fenomena anak gifted, selain intelegensia ada tujuh aspek yang mungkin terhambat perkembangannya yakni; linguistik, musik, logika matematika, visual spasial, gerakan badan, interpersonal, intrapersonal (naturalis dan eksistensial atau spiritual). Seorang anak berbakat mungkin saja terhambat pada aspek-aspek di atas, termasuk mengalami kesulitan belajar.
Pandangan tradisional tentang kesulitan belajar mengacu pada suatu kondisi kesenjangan antara kemampuan intelektual dengan prestasi akademis (Baum, Owen & Dixon, 1991:31), jika prestasi siswa di sekolah dibawah potensi intelektualnya (terlihat dari skor IQ), diasumsikan adanya kesulitan belajar tertentu.
Anak berbakat yang mengalami kesulitan belajar adalah mereka yang memiliki kemampuan atau talenta yang luar biasa pada area tertentu, menunjukkan pendekatan yang kreatif untuk menghadapi suatu situasi dan memiliki komitmen yang tinggi terhadap hal-hal yang diminati atau terhadap masalah yang terkait dengan kehidupan sehari-hari, namun mereka tidak menunjukkan prestasi belajar yang baik dalam area akademis tertentu karena adanya kelemahan dalam proses belajar tertentu pula (Baum, dkk 1991:32). Beberapa definisi mengarah pada adanya kesenjangan antara kemampuan intelektual dan prestasi, suatu konsep dan praktek untuk mengenali anak yang mengalami kesulitan belajar namun berbakat (Lyon, 1989:505).
Berikut ini adalah tanda-tanda keberbakatan dan kesulitan belajar (adaptasi dari Tjahjono, 2002:288 dan Silverman, 1997:194) :
| Tanda-tanda keberbakatan | Tanda-tanda kesulitan belajar |
| Ingatan jangka panjang yang menonjol Kosa kata yang luas Menonjol dalam pemahaman bacaan Menonjol dalam logika matematika Keterampilan verbal yang menonjol terutama dalam diskusi Mampu memahami konsep-konsep yang abstrak Bekerja lebih baik pada tugas yang menantang Bekerja dengan baik untuk tugas-tugas yang kompleks Sangat kreatif dan imajinatif Penalaran baik Observer yang baik Mungkin mengalami masalah pendengaran yang akut Memiliki ide-ide yang menarik Rasa ingin tahu yang besar, banyak bertanya Tingkat energi tinggi Perseptif dan intuitif yang tinggi (tampak bijaksana) Rasa humor tinggi Kemungkinan memiliki kemampuan yang menonjol dalam seni, sains, geometri, mekanik, teknologi dan musik | 1. Ingatan jangka pendek buruk 2. Kosa kata lisan lebih canggih daripada kosa kata tertulis 3. Mengalami kesulitan dalam memahami kata-kata 4. Kesulitan dalam berhitung 5. Menolak tugas-tugas tertulis 6. Tulisan jelek 7. Kesulitan mengeja dan artikulasi fonik 8. Kesulitan menghadapi tugas-tugas sekuensial yang mudah 9. Kesulitan menghafal 10. Seringkali kurang konsentrasi di kelas 11. Emosi dapat mengalahkan penalarannya 12. Ingatan auditori buruk 13. Keterampilan mendengarkan buruk 14. Lemah dalam mekanisme bahasa, tanda baca, dan huruf besar 15. Kemungkinan tidak bisa belajar kecuali tertarik pada materinya 16. Kesulitan menghadapi tes dengan batasan waktu 17. Disorganisasi 18. Banyak akal untuk menghindari area kelemahannya 19. Kemungkinan gagal dalam menghadapi bahasa asing dan pelajaran yang menekankan pada audisi, sekuensial dan ingatan |
Penanganan Anak Berbakat dengan Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar pada anak gifted bukan berarti karena ketidak mampuannya, tetapi lazimnya lebih kepada sistem pengajaran di sekolah-sekolah yang umumnya memberlakukan perlakuan yang sama pada semua anak didik.
Anak berbakat dengan kesulitan belajar tidak hanya mengalami masalah dengan keterampilan belajarnya, namun juga berakibat pada perkembangan kepribadiannya. Karena itu dalam penanganannya pun perlu diperhatikan aspek-aspek afektif yang perlu dikembangkan, seperti meningkatkan harga diri dan kepercayaan diri disamping membantunya dengan strategi belajar yang tepat.
Siswa berbakat dengan kesulitan belajar membutuhkan pendamping yang menghargai keunikan pribadi dan mampu mendukung pertumbuhan kelebihan dan minat anak. Karena itu pendidik perlu menciptakan lingkungan yang membuat mereka merasa dihargai. Berbagai macam perbedaan karakteristik yang dimiliki anak gifted memerlukan penanganan dan perlakuan khusus yang berbeda antara anak yang satu dengan anak yang lainnya. Layanan khusus ini dapat berupa sekolah khusus, misalnya akselerasi dan yang terpenting adalah orang tua harus mampu mengasah keterampilan berfikir dan belajar mereka (Tjahjono, 2003 :13).
Dalam menelusuri bakat dan menentukan arah kemampuan anak-anak gifted, dapat digunakan cara Theory of Work Adjusment (TWA). Konsep dan dasar TWA adalah untuk mengintegrasikan pilihan dan kemampuan termasuk minat dan prestasi. Sedang The Two Cultures Theory adalah kerangka kerja dari TWA untuk mengukur dan mengelompokkan golongan disiplin ilmu yang relevan dengan kemampuan anak gifted, baik humanist maupun science cultures dan disiplin ilmu lainnya (Achter dkk. 1999:780).
Untuk melihat skor nilai prestasi guna mencari anak-anak yang memiliki bakat sesuai dengan tingkat kelas digunakan test Study of Mathematically Precocious Youth (SMPY). Sedang The Scholastic Aptitude Test (SAT) digunakan untuk pencarian bakat dan untuk memilih subjek dan menentukan perguruan tinggi mana yang sesuai. Dan penggunaan Test Student of Value (SOV) untuk kemampuan intelektual semua partisipan, baik kemampuan matematika maupun kemampuan verbal, dalam bentuk pemberian sejumlah daftar pertanyaan dan sejumlah test tambahan untuk melengkapi SAT (Achter dkk, 1999:783).
Anak berbakat dengan kesulitan belajar membutuhkan pengalaman belajar yang bermakna sehingga program pendidikan bagi mereka hendaknya berfokus pada ide-ide abstrak dan generalisasi.[6] Guru hendaknya mengajarkan strategi-strategi mengorganisasi informasi untuk membantu siswa mencapai prestasi. Selain itu hendaknya anak diberi pilihan untuk menggantikan menulis sebagai sarana komunikasi (Baum dkk, 1991 :48).
Beberapa strategi yang dapat digunakan antara lain adalah (Silverman, 1996:198) : (a) menjalin kontak mata dengan anak sebelum memberi pengarahan,
(b) membatasi jumlah instruksi yang diberikan, (c) menuliskan instruksi di papan, transparansi OHP atau di kertas, (d) membiarkan siswa mengamati anak lain sebelum mengamati tugas yang baru, (e) menggunakan pengalaman visual dan
pengalaman praktis, (f) menggunakan materi yang diminati anak, (g) memasukkan unsur humor dalam pengajaran, (h) berfokus pada kelebihan anak, membantu anak menemukan cara mencapai keberhasilan, remediasi (latihan repetitif) namun kurang membantu bagi anak di atas usia 9 tahu (Richards, 1981 : 64) dan berbagai strategi lainnya termasuk teknik adaptif yang membantu anak gifted menggunakan metode tertentu untuk kompensasi kelemahannya.
Beberapa teknik adaptif untuk mengatasi kelemahan anak dengan kesulitan belajar : (a) membuat daftar hal-hal yang harus diingat, (b) latihan visualisasi untuk membantu ingatan, (c) merekam ceramah daripada mencatat dan ragam teknik adaptif lainnya.
Untuk beberapa kasus diperlukan bantuan seperti : (a) menggunakan kalkulator untuk menghitung, (b) ujian lisan daripada ujian tulisan, (c) ada tutor pribadi yang mengajar sesuai gaya belajarnya, (d) yakinkan bahwa ia akan menjadi pandai sesuai perkembangan usia karena materi semakain konsisten dengan gaya belajarnya, (e) mencarikan mentor berbakat yang juga mengalami kesulitan belajar untuk bekerja secara individual dengan anak, (f) libatkan orang tua yang gaya belajarnya paling menyerupai gaya belajar anak untuk menjadi penasihat dan mengajarkan metode kompensasi yang sesuai.
Pada saat anak menyadari gaya belajarnya, mereka akan mampu melihat perbedaannya sebagai kekuatan potensial dan mereka akan belajar bagaimana menutupi kelemahannya.
Kebanyakan anak barbakat dengan kesulitan belajar mengalami luka batin dengan pengajaran sistem tradisional. Kerusakan pada harga diri anak dapat diatasi jika mereka mendapatkan kesempatan untuk bekerja dengan guru yang memiliki perhatian peka dan mampu mengenali potensi yang dimiliki anak (Tjahjono, 2002 : 293).
Pada dasarnya jika anak gifted ditangani secara maksimal dan profesional akan lebih mungkin meraih sukses yang besar, dikarenakan pada anak ini telah memiliki potensi intelegensia dan kreativitas yang tinggi, disamping memiliki tanggung jawab yang besar pada tugas, bila dibandingkan dengan rata-rata anak nongifted (Milgram, 1979 : 123).
Penutup
Anak gifted with learning disability adalah anak dengan segudang kelebihan dan keluarbiasaan yang menakjubkan, tetapi juga memiliki segunung masalah yang mengkhawatirkan. Karena itu dibutuhkan penanganan yang khusus dan komprehensip. Setidaknya para pendidik dan pengelola pendidikan bekerjasama dengan orangtua mempunyai langkah-langkah aplikatif yang harus ditempuh untuk membantu anak-anak gifted meraih sukses sesuai dengan bakat dan kemampuan yang dimilikinya.
[1] Penjelasan para ahli lebih lengkapnya dapat dilihat dalam Mills C. J. Journal of Learning Disabilities. Gifted Children with Learning Disabilities. (1997:10).
[2]Anak yang memiliki kelebihan khususs, kelebihan yang luar biasa dalam bidang tertentu. Kelebihan khusus umumnya dibagi dalam empat kategori yaitu: sikap mental, sikap emosi, cara berbicara (bahasa), dan bentuk fisik. Keadaan khusus dengan sikap mental adalah yang paling utama yang meliputi keterbelakangan mental, ketidakmampuan belajar hal tertentu dan permasalahan-permasalahan lain dalam kegiatan belajar. Karena itu anak dengan kategori ini juga membutuhkan program khusus untuk mengidentifikasinya dan diperlukan adanya paket pendidikan yang khusus pula untuk membina mereka yang mengalami kesulitan belajar.
[3] Untuk lebih jelasnya, lihat Mills C. J. Journal of Learning Disabilities. Gifted Children with Learning Disabilities. (1997:10-12).
[4] Prestasi yang dicapai berada dibawah kemampuan rata-rata yang mestinya dapat dicapai seorang anak diatas rata rata kemampuannya sebagai seorang anak yang memiliki kelebihan khusus.
[5] Implikasi definisi dalam pengenbangan anak berbakat adalah: 1) harus dibedakan antara bakat sebagai potensi yang belum terwujud dan bakat yang sudah terwyjud nyata dalam prestasi yang unggul. Sebab bila anak dengan prestasi underachiever kemungkinan besar mereka adalah anak berbakat tetapi belum teridentifikasi. 2) berdasarkan definisi USOE bahwa anak berbakat memerlukan pelayanan dan program pendidikan khusus sesuai dengan potensi, minat dan kemampuannya. Hal ini sejalan dengan UU. No. 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional, pasal 8 ayat (2) tentang warga negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa berhak memperoleh perhatian khusus. Pasal 24 ayat (1) tentang setiap peserta didik mendapat perlakuan yang sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya.
[6] Implikasi berbagai penelitian terhadap anak gifted terhadap dunia pendidikan adalah: 1) memberikan masukan bagi pengelola dan Praktisi Pendidikan bahwa kepribadian dan kreativitas guru amat dibutuhkan dalam membanguan kelas belajar yang efektif disamping faktor ionteligensia guru. 2) Guru hendaknya diikutkan pelatihan intensif agar berkembang kepekaan hubungan antar pribadi , sehingga tidak ada lagi perbedaan persepsi antara guru dan peserta didik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar